Tertarik juga

Sabtu, 15 April 2017

Astagafirullah!!! Terhormat dihadapan Manusia Tetapi Terhina Di Hadapan Allah



Sembunyi dari Manusia, Membuka Aib di Hadapan Sang Pencipta.



يَسْتَخْفُونَ مِنَ النَّاسِ وَلا يَسْتَخْفُونَ مِنَ اللَّهِ وَهُوَ مَعَهُمْ 

"Mereka bersembunyi dari manusia tapi tidak bersembunyi dari Allah, padahal Allah bersama mereka..." (QS. An Nisa: 108).


Ayat ini membicarakan mengenai sifat orang munafik. hanya saja, dalam konteks umum, ini menggambarkan sikap manusia yang cenderung takut dicerca dan jatuh martabatnya di hadapan manusia di banding dicerca dan jatuh martabat di hadapan Allah. sebaliknya, manusia juga senang dipuji manusia dari pada dipuji Allah.



manusia pun berusaha menyembunyikan maksiat dan keburukan yang dilakukan dari pandangan manusia. serapat mungkin agar jangan sampai terbongkar. Mereka begitu peduli dan sangat serius mengantisipasi dampak dari terbongkarnya keburukan mereka di hadapan manusia. Namun di lain sisi, mereka seperti tak pernah peduli terhadap dampak buruk dari perbuatan mereka di hadapan Allah. padahal tidak ada yang bisa disembunyikan dari Allah. apapun yang manusia kerjakan, mereka mengerjakannya tepat di hadapan pengawasan Dzat yang maha melihat.

Ibnu Kastier menjelaskan dalam tafsirnya mengenai ayat ini bahwa manusia pada umumnya cenderung mencari tabir dalam bermaksiat karena khawatir diketahui orang lain. mereka bersembunyi dari manusia tapi tidak bersembunyi dari Allah, padahal Allah bersama mereka. 
Ibnu Abbas berkata"Allah berfirman, 'Dia mengetahui mata yang berkianat dan apa yang disimpan dalam dada.'  (QS. Ghafir: 9). dia adalah seorang lelaki yang sedang bersama banyak orang. lewatlah seorang wanita dan ia pun memperlihatkan diri pada orang-orang sebagai orang yang menundukkan pandangan. tapi tidak jika ia melihat bahwa orang -orang tak memperhatikannya, ia melirik kepada si wanita ." beliau menlanjutkan, " inilah kondisi orang-orang yang riya. mereka selalu meremehkan pengawasan Dzat yang maha perkasa dan lebih mengkhawatirkan manusia dari mengetahui perbuatan dosa mereka. adapun orang-orang yang khusus, mereka akan meminta tabir dari Allah agar menghalangi dirinya dari maksiat agar martabat mereka jangan sampai jatuh di hadapan-Nya. 


sebenarnya, manusia pada umumnya adalah makhluk yang sangat suka jaim alias jaga imej. mereka tidak suka terlihat buruk di hadapan orang dan berusaha menjaga segala hal akan selalu tampak baik. sayangnya, kepada Dzat yang mengetahui semuanya, manusia jarang memerhatikan. barangkali karena dampak terbongkarnya dosa dihadapan manusia lebih terasa daripada terbongkarnya dosa di hadapan Allah. karena manusia akan langsung mencerca, sementara Allah akan menunda hingga Yaumul Hisab tiba. manusia akan telihat menjauh, sementara jauhnya  Allah dari seorang hamba, bisa jadi tak disadari oleh si hamba. Allah sudah menjauh darinya, tapi ia merasa sebagai manusia istimewa dihadapannya. merasa sebagai manusia yang sebesar apapun dosanya. sekecil apapun kebaikannya dan seberani apapun dia melanggar larangan-Nya masih akan diampuni tanpa sedikitpun mendapat sanksi. astaghfirullah al adzim.

inilah yang sering membuat manusia sering merasa aman-aman saja melakukan meksiat di hadapan Allah. padahal jika saja dia disuruh melakukannya dihadapan mausia, ia pasti enggan melakukannya, demikiainlah rendahnya tingkat muraqabah seorang hamba berbanding lurus dengan tingkat penagungan dan penghormatannya kepada Allah. kala saja didalam hati merasakan keagungan penciptanya, akan beratlah jiwanya untuk berbuat durhaka. karena dimanapun  ia melakukan dosa, ia tengah melakukan tepat dihadapan Dzat yang akan menjadi satu-satu tumpuan nasibnya di akhirat.

manusia juga jarang yang menyadari, suksenya usaha mereka untuk bersembunyi dari manusia atas perbuatan maksiat, bukan lain merupakan kasih sayang dari Allah. kalaulah Allah senantiasa membeberkan keburukannya di hadapan manusia, pastilah semua orang akan mencibirnya. atau jika seandainya perbuatan maksiat benar-benar busuk baunya, tentu pelaku maksiat tidak akan pernah bisa menyembunyikan aibnya.


 sikap meremehkan pengawasan Allah ini pulalah yang menjadikan sebab kemurkaan Allah atas para pelaku dosa. dalam sebuah hadits yang termaktub dalam kitab Hilyah Auliya, disebutkan bahwa kelak di hari kiamat, Allah akan berfirman: "wahai Malaikay Zabaniyah! bawalah para pelaku dosa besar yang terus-terusan berbuat dosa dari umat Muhammad menuju neraka. amat besarlah kemurkaanku atas sikap meremehkan mereka terhadap perintah-Ku di dunia. juga pelecehan mereka terhadap hak-Ku, perusakan mereka atas kehormatan-Ku dan sikap merek yang bersembunyi dari manusia tapi terang-terangan berbuat dosa di hadapan-Ku. padahal aku telah memuliakan mereka di atas umat yang lain..." (Hilyatul Auliya: v/373).

terkait sikap orang-orang istimewa yang dipaparkan Ibnu Abbas di atas, beliau menukilkan doa dari Abul Hasan asy Syadzili. ini adalah doa orang-orang istimewa yang lebih memilih dihindarkan dari maksiat dan bukan sekedar ditutupi aibnya atas maksiat yang dilakukan.


اَللّٰهُمَّ اِنَّا نَساَلُكَ التَّوبَةَ وَدَوَامَهَا وَنَعُوذُبِكَ مِنَ المَعصِيَةِ وَاَسبَابِهَا وَذَكِّرنَا بِالخَوفِ مِنكَ قَبلَ 
هُجُومِ خَطَرَاتِهَا وَاحمِلنَا على النَّجَاةِ مِنهَا وَ مِنَ التَّفَكُّرِ فِى طَرَائِقِهَا 


" ya Alla, aku memohon kepada-Mu taubat dan ketetapan hati dalam taubat. dan aku berlindung kepada-Mu dari maksiat dan segala penyebabnya. ingatkanlah aku dengan rasa takut kepada-Mu sebelum pikiran-pikiran buruk itu datang. bawalah kami menuju keselamatan dari maksiat dan juga memikirkan cara untuk bermaksiat".

dan dari itu semoga Allah menjauhkan kita dari segala perbuatan maksiat, mengampuni dosa-dosa kita, dan menutupi aurat dan aib kita. amiin.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan memberikan masukan, kritik, saran maupun pertanyaan