Tertarik juga

Kamis, 20 April 2017

untuk Allah hanya sekedar sisa



JANGAN KAU PERSEMBAHKAN UNTUK ALLAH HANYA SEKEDAR SISA

"Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang kami keluarkan dari bumi untuk kamu. dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan darinya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya, dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji."

(QS. Al-Baqarah: 267)






Ibnu Jarir ath-Thabari menyebutkan sebuah riwayat dari al-Barra' tentang ayat ini, ayat ini turun terkait dengan kami para pemilik kebun kurma. di mana kami biasa membawa kurma ke masjid sesuai kadar banyak sedikitnya (hasil panen) yang dimiliki. adalah biasa ketika seseorang datang dengan membawa setandan kurma, lalu diikatkan pada suatu tempat di masjid sedangkan ahlush shuffah (yang tinggal di masjid) tidak memiliki makanan. sehingga jika salah seorang dari mereka merasakan lapar, mereka mendatangi tempat itu, lalu memukul dengan tongkatnya hingga berjatuhan kurma tersebut unuk dimakan. ketika itu, ada sebagian orang yang kurang bersemangat dalam mengharapkan pahala kebaikan, di mana ia membawa tandan kurma yang jelek-jelek. ada lagi yang membawa tandan yang telah rusak lalu digantungkan di tempat kurma. kemudian turunlah ayat tersebut."

setelah peristiwa itu, para sahabat berusaha memberikan sesuatu yang baik-baik untuk saudaranya, karena takut akan teguran Allah: "dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya." (QS. Al-Baqarah: 267).


betapa ayat ini seakan menyindir dan menyebutkan persis kondisi umunya kita kaum muslimin hari ini. yang terlalu hemat bahkan pelit untuk membelanjakan harta di jalan Allah. jikalau ada yang dikeluarkan, itu hanyalah sisa barang atau harta yang nyaris tak berharga dalam pandangan matanya. bersedekah dengan recehan paling kecil yang dimiliki, atau menyumbangkan barang yang ia sendiri sudah bosan dan jengah melihatnya.

dengan turunnya ayat tersebut, para shahabat sesegera mungkin memperbaiki keadaan mereka, sebagaimana yang dinyatakan oleh shahabat Al-Barra' ra:
"setelah turunnya ayat teguran tersebut maka masing-masing kami (para shahabat) bersedekah dengan baik tatkala mendatangi sudaranya." (tafsir Ibnu Katsier).

marilah kita lihat, apakah setelah ayat ini kita baca dan kita dengar, memiliki efek sebagaimana yang dialami oleh para shahabat. celaan dan teguran pada ayat ini tidaklah bertentangan dengan ajuran sedekah meski dengan sesuatu yang kecil nilainya. kita memang tidak boleh mengkerdilkan kecilnya nominal uang atau murahnya harga sebuah barang yang kita sedehkahkan, karena  sekecil apapun harta yang kita belanjakan di jalan Allah akan berfaedah. seperti hadits Nabi SAW:

"jagalah dirimu dari neraka meskipun dengan (sedekah) separuh biji kurma." (HR. Bukhari).

akan tetapi, makna hadits ini adalah, ketika seseorang tidak memiliki apa-apa untuk disedekahkan selain separuh biji kurma maka separuh biji kurma menjadi luar biasa baginya dan akan menjadi benteng baginya dari neraka. karena itulah, Nab melanjutkan dengan sabdanya:

"dan jika kamu tidak memiliki maka hendaklah bersedekah dengan kata-kata yang baik." (HR.Bukhari).

hal ini berbeda dengan orang yang memiliki buah kurma melimpah, misalnya, lalu dia hanya bersedekah dengan separuh biji kurma. ini jelas kebakhilan dan masuk dalam perbuatan yang ditegur dalam ayat ini. intinya bukan pada nialai, harga atau nomialnya, tetapi kadar atau perbandngan antara yang ia sedekahkan dengan apa yang ia miliki. seseorang yang bersedekah 1.000 bisa jadi lebih utama dan besar pahalanya dibandingkan orang yang bersedekah senilai 1.000.000 tergantung seberapa banyak kadar harta yang dimiliki. Nabi SAW bersabda:

" ada sedekah satu dirham, namun mengungguli sedekah seratus ribu dirham." para shahabat bertanya, "bagaimana bisa wahai Rasulullah?" Beliau menjawab, "ada seseorang yang memiliki uang dua dirham, lalu dia ambil satu dirham dan ia besedekah dengannya. dan (yang kedua) seseorang yang memiliki harta yang banyak, lalu dia ambil seratus ribu dirham dari tumpukan hartanya, lalu ia bersedekah dengannya." (HR.Abu Dawud).

dalam kasus di atas, sedekah satu dirham lebih utama karena kadarnya separuh dari yang dimilikinya. maka, nilai pahala sedekah itu bukan soal berapa nominalnya, akan tetapi seberapa kadar dibandingkan dengan apa yang dimiliki. sayangnya seringkali kita hanya menggunakan standart kelayakan nominal, bukan kadar. ambil contoh, ketika di saku kita ada dua pecahan uang seribu. maka kita rela sedekah dengan seribu. namun tatkala di dompet atau saku banyak pula uang puluhan ribu, atau bahkan beberapa lembar seratus ribu, asalkan ada pecahan seribu, maka pecahan seribu rupiah itu pla disedekahkan. seakan sedekah itu identik dengan pecahan seribu rupiah, sedangkan lembaran uang yang besar nilainya diperuntungkan untuk belanja kemewahan. maka betapa tampak besar uang sepuluh ribu rupiah di kotak infak, dan betapa tidak ada harganya tatkala uang itu mask mall.

meskipun ayat ini menyebutkan teguran terhadap orang yang bersedekah dengan sisa-sisa harta, layak pula kita bercermin lebih luas lagi. seberapa kadar yang kita persembahkan kepada Allah dari apa yang Allah anugrahkan kepada kita. apakah sedekah hanya dengan sisa uang belanja. apakah shalat hanya dengan sisa waktu kalau ada, dzikir hanya sisa ngombrol saja, dan apakah kita hanya menjadi hamba secuil saja. ya Allah bantulah kami untuk senantiasa berdzikir kepada-Mu, bersyukur kepada-Mu, dan memperbaiki ibadah kami kepada-Mu. amiin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan memberikan masukan, kritik, saran maupun pertanyaan